'Art for Nature': Dari Pameran, Lelang hingga Melukis Bersama untuk Kampanye 1.000 Pohon Mangrove

Pameran "Art for Nature" kolaborasi ACI, Wisma Jerman, dan LAC, menggabungkan seni dengan aksi sosial, mendukung kampanye penanaman 1.000 pohon mangrove di Wonorejo.

01 Oct 2024 - 10:00
'Art for Nature': Dari Pameran, Lelang hingga Melukis Bersama untuk Kampanye 1.000 Pohon Mangrove
Anak-anak sedang asyik menuangkan imajinasi mereka ke media kanvas dalam salah satu kegiatan Pameran Art for Nature (Ryan/SJP)

SURABAYA, SJP - Di balik setiap goresan kuas, tersimpan kekuatan untuk menyuarakan kepedulian, menciptakan refleksi dan menggerakkan aksi nyata, menjadikan seni tidak hanya sebatas indah, namun juga sebagai jembatan kreatif dan motor penggerak perubahan.

Hal tersebut terbukti dalam kegiatan pameran dan lelang lukisan hasil kolaborasi antara komunitas Aksi Cinta Indonesia (ACI), Wisma Jerman dan Lotus Art Course (LAC) bertajuk "Art for Nature" yang berlangsung di Ruang Halle Wisma Jerman sejak 30 September lalu hingga 2 Oktober 2024.

Pameran ini tidak hanya sekadar menjadi ajang apresiasi seni, namun juga membawa pesan tentang kepedulian lingkungan, karena nantinya hasil dari karya yang dilelang digunakan untuk menggalang dana kampanye penanaman 1000 pohon mangrove di Wonorejo yang sudah digalakkan oleh Wisma Jerman sejak April 2024 lalu.

Adapun kegiatan menarik yang dihadirkan dalam rangkaian pameran ini, yaitu melukis bersama untuk anak-anak hingga remaja yang digelar pada Minggu (29/9/2024), dengan media yang tidak biasa, yaitu kipas.

I Putu Mahendra, pendiri sekaligus guru di Lotus Art Courses (LAC) mengungkapkan, kegiatan melukis bersama ini juga membawa semangat yang sama dengan tema besar pameran, yakni tentang lingkungan.

"Kegiatan ini berbayar, namun 25 persen dari biayanya akan disumbangkan untuk mendukung program atau kampanye penanaman 1.000 pohon mangrove di Wonorejo," ucap Putu, Selasa (1/10/2024).

Dirinya mengungkapkan, total peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan melukis bersama ialah sebanyak 23 anak, yang di antaranya adalah siswa LAC dan beberapa peserta umum.

"Setiap peserta yang mengikuti kegiatan ini juga dapat mereka bawa pulang kipas yang telah mereka lukis sebagai kenang-kenangan, sekaligus mendapatkan sertifikat serta sesi foto bersama," ungkap Putu.

Putu merasa, rangkaian acara ini diharapkan bisa menunjukkan kepada masyarakat terutama generasi muda bahwa seni tidak hanya terbatas pada aspek visual, tetapi juga bisa menjadi sarana aksi sosial.

"Harapannya adalah dengan kegiatan ini, para peserta tidak hanya menambah pengalaman melukis, tetapi juga berkontribusi pada gerakan penanaman seribu pohon yang sudah sedang berjalan," pesannya.

Sementara itu, Eri Atmojo selaku Music Director ACI, mengungkapkan kegiatan seperti ini sangatlah bagus, terutama karena mampu memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengedukasi mereka tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan cara yang menyenangkan.

"Tentu kegiatan ini seru sekali, anak-anak bisa berkreasi melalui lukisan mereka di media uang unik seperti kipas, dan terlebih mereka secara tidak langsung juga belajar akan pentingnya menjaga alam," ujarnya.

Eri juga menekankan pentingnya kampanye ini bagi ACI, yang merupakan komunitas anak-anak dan remaja, ia merasa meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan kepada generasi muda sudah sepatutnya untuk dilakukan dan merupakan tanggung jawab orang dewasa.

"Karena, pada akhirnya, bumi ini akan diwariskan kepada mereka. Kami berharap kampanye ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk ikut serta,” tandasnya.

Masih di lokasi yang sama, adapun Astrid Widya selaku salah satu orangtua anak yang mengikuti kegiatan melukis di media kipas tersebut, merasa bahwa kegiatan ini bisa membantu anaknya untuk lebih berani untuk bersosialisasi.

"Iya ini kakak sama adiknya sama-sama ikut, soalnya juga sama-sama suka gambar dan melukis, sekalian untuk melatih keberanian mereka," ucap orangtua dari anak berumur 10 tahun bernama Madeleine L Tongku itu.

"Ya saya harap sering-sering diadakan kegiatan seperti ini, karena si Madeleine emang agak pemalu, jadi kegiatan seperti ini sangat bermanfaat," harapnya.

Selanjutnya, ada juga Joline Abigail Iskandar anam berumur 13 tahun yang turut ikut dalam kegiatan ini, menginginahwa ia merasa lebih produktif karena bisa ikut andil untuk membantu mengingat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

"Karena temanya tentang lingkungan, saya menggambarkan pemandangan yang referensinya diambil dari gambaran Cina, dengan ada kabut, burung dan bunga," ucap anak yang memiliki cita-cita terjun di dunia interior design itu.

"Jadi saya suka dengan kegiatan ini, karena saya sendiri sudah dari dulu ikut les gambar, dan sekarang sudah jadi hobi," tukas Joline.

Dengan begitu, kegiatan kolaborasi ini membuktikan bahwa kreativitas dan kepedulian lingkungan dapat berjalan beriringan, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan alam. (*)

Editor: Rizqi Ardian 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow