PWI Jatim Gelar Pameran "Jelajah Peradaban Luhur", Tunjukan Kesamaan Karya Seni dan Karya Jurnalistik
Pameran Jelajah Peradaban Luhur yang menghadirkan ragam lukisan Oil on Canvas, seni patung, hingga tempat berdoa kepada leluhur masih bisa dikunjungi oleh masyarakat secara bebas hingga 5 Maret 2024.
Surabaya, SJP - Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 sekaligus HUT PWI ke-78 Tingkat Jawa Timur dimeriahkan dengan beragam kegiatan menarik, salah satunya adalah kehadiran kegiatan pameran lukisan yang memiliki hubungan menarik dengan dunia jurnalistik.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur menggandeng seniman lukis piawai yakni Jansen Jasien untuk adakan Pameran Lukis Tunggal bertajuk "Jelajah Peradaban Leluhur" yang digelar di Balai Wartawan A. Aziz, jl Taman Apsari no. 15-17, Surabaya untuk pertama kalinya.
Jansen Jaisen atau yang akrab disapa JJ menjelaskan bahwa pameran kali ini tidak semata-mata hanya menghadirkan karya yang kaya akan cerita, namun juga mengandung suatu arahan agar menoleh sejenak kebelakang dan belajar dari masa lalu.
"Karya-karya ini tidak hanya menghadirkan suatu keindahan, tapi juga bisa memberi suatu harapan, kedamaian dan memberikan ilmu yang luas," ujar JJ, Rabu (28/02/2024).
Balai Wartawan Abdul Aziz yang biasa menjadi tempat tukar pikiran bagi para Jurnalis, kali ini dihiasi dengan beragam karya seni layaknya situs sejarah, menggeser kembali makna seni yang kerap dianggap objek estetika semata, kembali menjadi media pembawa pesan layaknya karya jurnalistik.
"Pameran ini juga mengingatkan akan pesan para leluhur di masa lampau, karena itu wajib untuk dikenang agar bisa menata maupun ditata dari generasi ke generasi," imbuh seniman kelahiran Gresik itu.
Dirinya juga menuturkan bahwa ada kemiripan antara karya seni, utamanya seni lukis dengan karya-karya jurnalistik, dimana keduanya terbungkus oleh tampilan yang indah namun makna yang terkandung didalamnya juga tidak kalah penting.
"Karya jurnalistik mirip layaknya lukisan, mereka (jurnalis) tidak hanya sekedar menulis apa yang tampak, tapi tiap tulisan itu bisa membawa dampak positif ke masyarakat dan memberikan nilai positif ke kehidupan masyarakat," tandasnya.
Sementara itu, Ketua PWI Jawa Timur yakni Luthfi Hakim mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah salah satu wujud apresiasi dari teman-teman jurnalis terhadap para seniman lukis atas karya-karya yang telah mereka ciptakan.
Senada dengan JJ, Luthfi juga menjelaskan bahwa kegiatan berbau seni sengaja dipilih karena ada kemiripan unsur dari karya seni dan karya jurnalistik, yakni kebebasan.
Ia mengibaratkanya seperti lagu Jazz, dimana meski sama-sama bebas improvisasi, tetapi musik Jazz tetap harus patuh pada backbone lagu yang dibawakan, layaknya dunia jurnalistik yang memiliki bingkai pers, bebas namun tunduk kepada kode etik.
"Sama juga dengan lukisan, karya itu tidak hanya sekedar gambar melainkan dibaliknya ada banyak spirit yang terkandung, jadi saya harap terutama pada teman-teman jurnalis untuk jangan melihat lukisan dari luar saja, namun juga melihat filosofi dibalik itu," ujar Luthfi.
Baginya, Jurnalis harus bisa menjadi pembawa pesan, klarifikasi maupun penerangan kepada masyarakat ditengah ruang publik yang 'terkontaminasi' akibat banyaknya produk non-jurnalistik yang juga bebas membuat narasi.
"Di tengah kebingungan masyarakat akan kebenaran suatu informasi, produk jurnalistik harus menjadi tempat konfirmasi dan klarifikasi, karena itu pesan yang dibawakan harus kuat layaknya karya lukis," tuturnya.
"Jadi memperingati hari Pers itu harus mengambil makna, tidak hanya selebrasi saja, karena dibalik selebrasi itu ada ekspresi maupun komitmen teman-teman sebagai jurnalis yang betul-betul profesional," pungkasnya.
Pameran Jelajah Peradaban Luhur yang menghadirkan ragam lukisan Oil on Canvas, seni patung, hingga tempat berdoa kepada leluhur masih bisa dikunjungi oleh masyarakat secara bebas hingga 5 Maret 2024. (*)
Editor: Rizqi ArdianĀ
What's Your Reaction?