Berdayakan Masyarakat Lewat Inovasi Produk Pangan: Kolaborasi UWKS dan Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede
UWKS melalui tim pengabdian masyarakat, tidak hanya hadir untuk mengembangkan produk yang sudah ada, melainkan juga hadir untuk menemukan inovasi produk baru dan melakukan pendampingan untuk mendukung usaha ekonomi produktif di komunitas tersebut.
Surabaya, SJP - Dalam upaya memperkuat perekonomian masyarakat, kehadiran program pemberdayaan melalui kemitraan semakin penting untuk memastikan keberlanjutan usaha di tingkat lokal.
Terlebih dengan perkembangan teknologi dan ekonomi digital, masyarakat perlu disiapkan untuk menghadapi tantangan baru melalui keterampilan yang relevan, terlebih agar masyarakat mampu mandiri dan bersaing di pasar yang semakin luas.
Berkenaan dengan hal tersebut, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) kembali melakukan program pengabdian kepada masyarakat (PKM) atau (abdimas) dengan menyasar Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede, Surabaya, untuk melakukan pengembangan di sektor pemasaran produk yang dihasilkan.
Sebagai informasi, Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede Surabaya sendiri, bukanlah pemain baru dalam hal pemberdayaan masyarakat, terutama dalam sektor pengolahan lingkungan dan urban farming, bahkan telah mampu mengembangkan produk pangan sendiri berbasis sayur hasil tani mereka.
Kini, UWKS melalui tim pengabdian masyarakat, tidak hanya hadir untuk mengembangkan produk yang sudah ada, melainkan juga hadir untuk menemukan inovasi produk baru dan melakukan pendampingan untuk mendukung usaha ekonomi produktif di komunitas tersebut.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UWKS, Dr Ir Endang Retno Wedowati MT, menjelaskan, program kemitraan kepada masyarakat ini didanai langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dan akan berjalan selama enam (6) bulan sejak Juni hingga Desember 2024.
"Mitra yang dimaksud sendiri dibagi menjadi dua (2) jenis, yakni kelompok ekonomi produktif dan non produktif, dan kebetulan Kampoeng Pintu Oase Tembok Gede sudah masuk dalam jenis ekonomi produktif," ujar Endang, Kamis (4/9).
Langkah awal dari program ini tidak hanya mengembangkan produk yang sudah ada, seperti steak, kerupuk dan es krim berbahan dasar sayur, melainkan juga menambah varian produk baru, meliputi nugget sayur, mie sayur dan keripik sayur.
"Nugget ini non-gluten, dengan lebih banyak sayur daripada ayam, tepung terigu diganti maizena atau sagu, perekatnya menggunakan telur. Sedangkan keripiknya itu berbeda dengan kerupuk yang sudah dikembangkan sebelumnya," jelasnya.
Selain fokus pada produk yang diolah, selanjutnya UWKS juga akan membekali masyarakat dengan keterampilan desain kemasan produk pemasaran produk, bahkan hingga pembukuan berbasis digital agar program ini lebih bersifat berkelanjutan.
"Kita akan coba kemasan produk pangan yang sesuai dengan ketentuan kemasan dan labelingnya, lalu pembukuan digital agar masyarakat juga handal memanfaatkan teknologi yang ada, dengan harapan program ini tudak berhenti di pelatihan namun menjadi bentuk usaha mereka," tandas Endang.
Sebagai informasi, tim PKM UWKS sendiri terdiri dari dosen dan juga mahasiswa, diantaranya:
Tim Dosen PKM UWKS
1. Dr. Ir. Endang Retno Wedowati, M.T. ( ketua tim)
2. Dr. Ir. Fungki Sri Rejeki, M.P.
3. Emmy Wahyuningtyas, S. Kom, M.MT
Mahasiswa
1. Zyanu Puja Widya
2. Jonathan Valentino Mamuaya
3. Fererius Jemadu
Sementara itu, Ketua Kampoeng Pintar yakni Aseyan, menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan dari UWKS, yang mana ia menyoroti bagaimana urban farming di Kampoeng Pintar terbatas lahan, dapat terus bertahan dan berkembang melalui inovasi produk turunan dari sayuran.
"Kehadiran Universitas Wijaya Kusuma ini sangat membantu, apalagi dengan peralatan yang diberikan untuk mendukung produksi olahan pangan, kami berharap masyarakat bisa lebih mandiri dan menghasilkan produk unggulan,” kata Aseyan.
Sebagai informasi, UWKS juga memberikan beberapa peralatan untuk mengelola produk yang sedang dikembangkan, di antaranya seperti mesin pembuat es krim, mesin pembuat mie, dan juga alat untuk menutup gelas plastik.
Aseyan juga bangga karena di program ini, beberapa anak-anak yang tergabung dalam Karang Taruna di kampungnya ikut terlibat, ia berupaya merangkul generasi muda untuk ikut serta dalam program Kampoeng Pintar.
“Karang Taruna biasanya hanya aktif pada momen-momen seperti 17 Agustus, tapi sekarang mereka antusias untuk terlibat dalam pelatihan dan produksi, ini penting karena regenerasi kader di kampung ini sangat dibutuhkan,” ucapnya.
Masih dilokasi yang sama, pembina Kampoeng Pintar yakni Ir. Adi Candra, S.Si, M.Si, menekankan bahwa kolaborasi multistakeholder adalah kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat.
Ia mengatakan bahwa pendekatan Pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat merupakan strategi yang selama ini digunakan untuk mengembangkan Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede hingga menjadi kampung wisata edukasi.
"Sinergi antara akademisi dan masyarakat untuk menciptakan produk yang kompetitif di pasar itu penting, terutama dalam hal inovasi, jadi harapannya produk-produk yang dikembangkan ini bisa dipasarkan dengan kemasan yang menarik dan branding yang kuat," tambahnya.
Rencananya, Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede juga akan mengikuti bazar hybrid di akhir tahun, di mana produk-produk unggulan mereka diharapkan bisa dipasarkan lebih luas.
"Karena itu juga kami ingin program ini terus berlanjut dengan skema-skema baru agar Kampoeng Pintar bisa benar-benar siap untuk go public,” harap Adi.
Melalui kolaborasi yang intens dan berkelanjutan ini, Kampoeng Pintar diharapkan bisa menjadi model pemberdayaan masyarakat yang sukses, dengan produk unggulan yang tidak hanya mampu bersaing di pasar lokal, tetapi juga dapat menarik minat wisatawan sebagai oleh-oleh khas. (*)
Editor: Rizqi Ardian
What's Your Reaction?