Aplikasi Smart Clustering dan Smart Monitoring Untuk Meningkatkan Kualitas Produksi Buah Naga di Banyuwangi

Dosen Universitas PGRI Banyuwangi, (UNIBA) merancang sebuah teknologi yang memudahkan petani naga meningkatkan produksi dan memaksimalkan pendapatan.

23 Sep 2023 - 14:00
Aplikasi Smart Clustering dan Smart Monitoring Untuk Meningkatkan Kualitas Produksi Buah Naga di Banyuwangi
Adi Mulyadi saat melakukan monitoring kualitas produk buah naga di Banyuwangi, Sabtu (23/9/2023)

Kabupaten Banyuwangi, SJP - Kabupaten Banyuwangi merupakan penghasil buah naga terbesar di Indonesia. Rata-rata produksi buah naga yang dihasilkan oleh kelompok tani 737,5 ton per tahun atau 50 persen dari 1,475 ton per tahun. 

Produksi buah naga di Banyuwangi fluktuatif. Pada periode 2015 - 2021 mengalami peningkatan yang cukup tajam. Pada tahun 2015 produksinya 91 ton dan pada 2021 meningkat drastis diangka 113 ton. 

Sayangnya di tahun 2022, produksi buah naga di Banyuwangi mengalami penurunan. Hanya 82,5 ton buah naga yang dihasilkan di tahun tersebut. 

Berbagai upaya dilakukan kelompok tani di Banyuwangi untuk meningkatkan produksi buah naga. Namun upaya yang dilakukan belum maksimal. Sebab masih banyak buah yang rusak sebelum dipanen akibat terserang penyakit. 

Oleh karenanya dosen Universitas PGRI Banyuwangi, (UNIBA) merancang sebuah teknologi yang memudahkan petani naga meningkatkan produksi dan memaksimalkan pendapatan. Akademisi itu bernama Adi Mulyadi, Dosen pada Program Studi Teknik Elektro Uniba. 

Adi mengatakan di Banyuwangi pertanian buah naga memiliki prospek yang bagus. Akan tetapi terdapat beberapa persoalan yang membuat bisnis ini kerap membuat pusing para petani.

Harga buah naga dengan kualitas baik pada waktu musim mencapai Rp 10 ribu per kilo gram sedangkan harga di luar musim mencapai Rp 35 ribu per kilo gram.

Ketika musim panen, petani rata-rata mengalami kerugian Rp 2 ribu di setiap kilogram buah naga. Sebab buahnya mengalami kerusakan. 

"Padahal pasar meminta buah naga selalu dalam kondisi fresh," kata Adi, Sabtu (23/9/2023).

Berbagai penggunaan teknologi mutakhir diberlakukan petani guna meningkatkan kualitas produksi buah naga baik pada saat musim atau di luar musim.

Mulai dari penerapan panel surya dengan Automatic Transfer Switch, sistem monitoring Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Internet of Things (IoT) untuk memantau arus, tegangan, daya, suhu, dan intensitas cahaya, monitoring real time arus, tegangan, daya, suhu, kelembaban, dan radiasi matahari menggunakan PLX DAQ serta Arduino Uno.

Kemudian IoT berbasis fuzzy logic pada tegangan, cuaca, daya, arus, tegangan, sudut kemiringan panel surya dan intensitas cahaya, solar tracking system (STS), single-axis solar tracking system (SATS) dan fixed-tilt PV system (FTPV), penyiraman buah naga berbasis IoT dan telegram, IoT serta modul ESP8266, dan kontrol penyinaran buah naga menggunakan Arduino serta Android.

Namun beberapa upaya yang dilakukan oleh petani belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh penyakit buah naga yang dapat menurunkan kualitas produksi buah dan tidak sesuai dengan permintaan pasar.

Ditambah sistem pencahayaan di luar musim dengan biaya operasional listrik Rp 4,8 juta per bulan. Hal tersebut membuat beban petani semakin berat. 

Hasil analisa Adi, dalam upaya peningkatan kualitas produk ada hal yang belum tersorot oleh petani. Belum adanya teknlogi yang mampu mendeteksi kualitas buah ketika belum memasuki masa panen.

Merespon kebutuhan petani, oleh karenanya ia menggagas sebuah teknologi yang dapat mendeteksi kualitas buah naga. Menentukan kondisi buah yang fresh dan yang busuk.

"Hasil klasifikasi buah digunakan sebagai data awal dalam menentukan buah yang bekualitas baik (fresh) dan buruk (busuk). Sehingga petani buah naga dapat memanen lebih awal sebelum penyakit menyebar pada buah yang lain," jelasnya.

Penyakit buah naga disebabkan oleh hama, serangga (Apis cerana, Bibio sp., Chrysomya megacephala, Exoprosopa, decora, Hypolimnas bolina, Polistes bellicosus, Tetragonula, Thyreus nitidulus) dan hewan (bekicot serta burung).

Teknologi klasifikasi buah dirancang dengan smart clustering berbasis Convolutional Neural Network (CNN) dan smart monitoring menggunakan Internet of Things (IoT).

"Teknologi diterapkan untuk mempermudah kelompok tani di Banyuwangi dalam menentukan panen buah naga. Sehingga mengindarkan petani dari kerugian akibat buah yang rusak," tegasnya. (*)

Editor : Queen Ve

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow