Latih Kreatifitas Guru, SD Taquma Surabaya Manfaatkan Bahan Bekas Jadi Media Pembelajaran

Dalam workshop ini para guru akan didorong untuk jadi lebih kreatif, dengan cara memanfaatkan barang bekas di sekitar agar tidak langsung dibuang, namun dimanfaatkan dan dibentuk menjadi suatu media pembelajaran,

20 Feb 2024 - 12:00
Latih Kreatifitas Guru, SD Taquma Surabaya Manfaatkan Bahan Bekas Jadi Media Pembelajaran
Salah satu kelompok dalam workshop di SD Taquma Surabaya saat mempresentasikan media pembelajaran dari bahan bekas yang mereka ciptakan (Foto : Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Di zaman yang sudah serba modern, tidak sedikit sekolah yang memanfaatkan digitalisasi sebagai metode pembelajaran yang lebih instan dan mudah, namun kemudahan tersebut berpotensi menggerus kreatifitas para murid dan bahkan para tenaga pengajar.

Berangkat dari hal itu, Sekolah Dasar (SD) Taquma Surabaya mengadakan Workshop bertajuk "Desain Pembelajaran Efektif - Pemanfaatan Benda Sekitar untuk Membuat Media Pembelajaran" untuk melatih kembali kreatifitas para guru melalui kesadaran terhadap barang bekas di sekitar mereka.

Kepala Sekolah Dasar (SD) Taquma Surabaya yakni Nur Rohmatul Izzah, ST SPd, menjelaskan, kegiatan workshop ini diperuntukkan sebagai sarana latihan para tenaga pengajar agar bisa merangsang, sekaligus mengembangkan kreativitas mereka dalam mencari maupun menciptakan metode belajar yang kreatif juga efektif.

"Dalam workshop ini para guru akan didorong untuk jadi lebih kreatif, dengan cara memanfaatkan barang bekas di sekitar agar tidak langsung dibuang, namun dimanfaatkan dan dibentuk menjadi suatu media pembelajaran," ujar Izzah, Selasa (20/2/2024).

Dirinya menjelaskan bahwa Workshop kali ini mengangkat tema Kebhinekaan, hal tersebut didasari atas hasil rapor pendidikan tahun ajaran 2023 SD Taquman yang meski menunjukkan hasil baik, namun poin toleransi menjadi poin dengan nilai yang terendah.

"Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang kreatif, jadi pelatihan ini juga sebagai upaya kami untuk meningkatkan efektivitas dalam pengajaran Kebhinekaan dan toleransi kepada para siswa," tuturnya.

Alasan lain mengapa workshop ini penting juga diterangkan oleh Izzah, yakni perihal anggaran yang wajib untuk dialokasikan dalam sektor peningkatan kualitas dan mutu tenaga pengajar.

"Sebelumnya kita sudah mendorong para tenaga pengajar untuk lebih kreatif dalam memberikan pendidikan dalam kelas, namun memang belum semua, dan dari kegiatan ini kami ingin semua guru sudah sama-sama tahu cara mengajar yang tidak membosankan," ujar Izzah.

Izzah sendiri melihat bagaimana modernisasi membuat banyak guru maupun murid memilih proses mengajar yang bersifat digital, namun dirinya ingin mengupayakan agar gaya pendidikan secara langsung tetap tidak ditinggalkan.

"Saya bukan anti terhadap digitalisasi, namun saya juga tidak ingin kreatifitas para guru dan murid tergerus karena semuanya sudah serba mudah dan instan," tegas Izzah.

"Secara bertahap nanti kami juga adakan workshop khusus untuk melatih cara mengajar secara digital dengan baik, yang tetap mudah dan instan namun tidak meninggalkan nilai kreatifnya," imbuhnya.

Izzah menjelaskan bahwa akan ada 2 kali pelatihan yang rutin digelar tiap tahunnya di SD Taquma, dengan maksud agar kemampuan guru bisa terus meningkat dalam bidang yang beragam.

Workshop ini diikuti setidaknya oleh 22 peserta, yang diantaranya adalah 12 guru pengajar, 5 guru mata pelajaran dan 2 TU dari SD Taquma Surabaya, serta 3 peserta lain yang merupakan mahasiswa PPL PGSD dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA).

"Seluruh peserta itu terbagi menjadi 4 kelompok, dan target kami tiap kelompok bisa menghasilkan paling tidak 1 media yang sudah bisa diterapkan di Supervisi yang akan kami gelar minggu depan," tandasnya.

Izzah berharap melalui kegiatan ini, para guru bisa semakin meningkatkan kemampuannya menjadi tenaga pendidik yang berkualitas, karena dari situ akan menghasilkan murid yang berkualitas, dan memberi pengaruh baik ke Sekolah.

Selain melatih kreativitas, workshop ini juga melatih kemampuan public speaking dari para peserta, karena selain dilatih dalam membuat media pembelajaran, mereka juga harus mempresentasikan hasil pengerjaannya di depan peserta lain juga juri.

Adapun Nikmah Fitria Surya selaku mahasiswa PPL PGSD UNUSA yang menjadi salah satu peserta dalam workshop itu mengungkapkan, pelatihan seperti ini sangatlah penting untuk para guru maupun calon guru.

"Terutama untuk mencari metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, terlebih dari pemanfaatan barang bekas dan juga fokus tema yang tak kalah penting yaitu mengenai Kebhinekaan," ucap mahasiswa yang setiap Senin hingga Rabu mengajar di SD Taquma itu.

Fitri membeberkan bahwa dirinya beserta kelompoknya membuat suatu media pembelajaran rumah dan baju adat dengan memanfaatkan bahan bekas seperti kertas, kardus, hingga botol bekas.

"Saya harap dengan mengikuti pelatihan ini para guru bisa lebih kreatif dalam memanfaatkan barang bekas disekitar, mengingat jumlahnya yang juga tidak sedikit, agar kemudian mampu memberikan pengajaran yang lebih efektif," pungkasnya.

Workshop itu sendiri mengundang Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) sebagai pengisi materi, dan setiap peserta yang mengikuti pelatihan tersebut juga akan mendapatkan sertifikat. (*)

Editor : Rizqi Ardian

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow