Garudeya: Cerita dan Makna di Balik Motif Batik Khas Kabupaten Malang
Batik Garudeya yang merupakan motif batik khas Kabupaten Malang yang desainnya mengandung berbagai elemen dan cerita yang lekat hubungannya dengan Kabupaten Malang.
Surabaya, SJP - Pada tahun 2023 lalu, tepatnya pada momen HUT ke-78 RI, Drs. H. M. Sanusi, MM, selaku Bupati Malang meresmikan Batik Garudeya menjadi motif batik khas dari Kabupaten Malang yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Srie Nasifah, pemilik 'Jayanti Batik & Craft' merupakan desainer utama di balik kelahiran Batik Garudeya yang bahkan saat ini digunakan sebagai seragam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di berbagai instansi di Kabupaten Malang.
Tim Suarajatimpost.com berkesempatan bertemu langsung dengan Nasifah untuk menguak lebih dalam cerita dan makna dibalik Batik Garudeya dalam gelaran 'Batik Bordir dan Aksesoris Fair 2024' di Exhibition Hall, Grand City, Surabaya (9/5).
Dengan dikelilingi oleh 500 lebih item dan 30 desain batik yang telah dipatenkan oleh 'Jayanti Batik', Nasifah menceritakan bahwa Batik Garudeya yang menarik perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang adalah hasil gabungan dari desain Nasifah yang memenangkan lomba di tahun 2019 dan 2022.
"Motif bunga di area bawah Batik Garudeya ini menang lomba desain di tahun 2019 oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Malang yang saya gabungkan dengan desain batik yang juga menang di lomba tahun 2022," ujar Nasifah.
"Setelah saya gabungkan menjadi seperti ini, Alhamdulillah Abah Sanusi (Panggilan Bupati Malang) tertarik dan dikembangkan hingga akhirnya saat ini dipakai sebagai seragam OPD Kabupaten Malang," ujar Nasifah sembari melihatkan foto Bupati Malang mengenakan Batik Garudeya.
Nasifah kemudian menggelarkan Batik Garudeya itu di sebuah meja, disitu terlihat motif yang merupakan gabungan dari berbagai elemen khas Malang seperti bunga, kawung, kopi dan burung Garuda yang memiliki filosofinya masing-masing.
- Bunga melambangkan keindahan.
- Kawung Singasari sebagai motif yang berkembang di Jawa Timur.
- Kopi melambangkan kemakmuran.
- Garuda melambangkan pembebasan, perjuangan juga wujud bakti anak kepada Ibunya.
"Jika Kota Malang dikenal sebagai Kota Pelajar, Kabupaten Malang itu dikenal indah dan banyak wisata alam, jadi bunga ini melambangkan keindahan," ucapnya.
"Kabupaten Malang juga dikenal sebagai penghasil kopi (arabika dan robusta) terkemuka, produk ini yang membuat masyarakat Kabupaten Malang menjadi subur dan makmur," imbuhnya.
"Sedangkan Garuda inj jelmaan dari Raja Singasari yang membebaskan Ibunya dari ketidakadilan dan perbudakan, jadi ini Batik yang Malang banget," beber Nasifah kepada Suarajatimpost.com.
Saat ini Batik Garudeya telah dikenal sebagai Batik khas Kabupaten Malang, pematenan hak juga dianggap penting oleh Nasifah mengingat sebelumnya Daerah sekita Malang sempat saling klaim hak kepemilikan untuk Batik Topeng.
"Umi (Hj Anis Zaidah Sanusi selaku istri Bupati Malang) tidak mau berebut itu dan ingin Kabupaten Malang punya batik khas sendiri, ini juga yangenjadi salah satu alasan Batik Garudeya di patenkan," ungkapnya.
Usai menceritakan kisah dari Batik Garudeya, tim Suarajatimpost.com sempatkan untuk melihat beragam koleksi dari Jayanti Batik, termasuk salah satu baju dengan motif unik karya inovasi terbaru dari Nasifah.
"Oh, ini saya sebutnya Olah Kain karena tidak menggunakan perintang malam panas (alat untuk membatik), prosesnya dengan dijahir dulu lalu diwarnai dengan pewarna alami," jelas Nasifah.
"Tekniknya dinamakan Smoke (Berasap), jadi kain dicelup dan dijemur di matahari berulang kali hingga muncul motif yang berbeda, prosesnya 1 lembar saja bisa sampai satu bulan, tapi namanya juga sedang berinovasi," imbuhnya dengan tawa.
Jayanti Batik & Craft juga aktif dalam memberikan kontribusi sosial dengan membuka lembaga kursus dan pendidikan luar sekolah secara gratis untuk anak-anak putus sekolah atau yang tidak memiliki pekerjaan, dengan fokus pada pembelajaran membatik dan menjahit.
Mengakhiri ceritanya, ada harapan besar yang disampaikan oleh Nasifah mengenai dunia Batik yang baginya juga merupakan harapan banyak pengrajin batik tulis lainnya, yak ni perihal kehadiran batik print.
"Pertama saya ucapkan terima kasih kepada beberapa Pemerintah Daerah yang sudah mewajibkan ASN untuk menggunakan batik seminggu sekali," ujar Nasifah.
"Namun kehadiran batik print ini juga dapat mengganggu keberlangsungan pengrajin batik, Batik print itu juga bukan batik lho, melainkan pakaian dengan 'motif' batik, dan masyarakat sekarang banyak yang beralih kesana," tandasnya.
Nasifah menegaskan bahwa batik print merupakan salah satu pembunuh pengrajin batik, jadu perlu ada langkah lebih lanjut untuk melindungi industri batik tradisional sekaligus meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap batik. (*)
Editor: Rizqi ArdianĀ
What's Your Reaction?