Enam Tahun Tragedi Bom Surabaya: 'Merawat Ingatan Merajut Ikatan'

Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Ngagel gelar rangkaian kegiatan untuk mengenang kembali kejadian Tragedi Bom Surabaya 2018 sebagai support bagi keluarga dan korban selamat.

14 May 2024 - 16:00
Enam Tahun Tragedi Bom Surabaya: 'Merawat Ingatan Merajut Ikatan'
Kegiatan Do'a bersama lintas agama untuk mengenang tragedi teror bom bunuh diri 13 Mei 2018 (Ryan/SJP)

Surabaya, SJP - Pada bulan Mei 2018, Indonesia dikejutkan oleh tragedi kemanusiaan akibat serangkaian serangan terorisme bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur yang dikenal sebagai Tragedi Bom Surabaya 2018.

Dalam waktu dua hari, tepatnya pada 13 hingga 14 Mei 2018 ledakan menghantam beberapa lokasi di Kota Surabaya-Sidoarjo Jawa Timur termasuk gereja dan kantor polisi, menewaskan belasan orang dan setidaknya melukai lebih dari 50 orang.

3 tempat ibadah yakni Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Ngagel diteror secara bersamaan pada 13 Mei, sedangkan pada 14 Mei aksi biadab tersebut kembali terjadi di Polrestabes Surabaya.

'Merawat Ingatan Merajut Ikatan', merupakan tajuk yang diangkat oleh Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Ngagel saat gelar rangkaian kegiatan untuk mengenang kembali kejadian memilukan itu pada Senin malam, 13 Mei 2024 kemarin, tepat 6 tahun paska tragedi pengeboman.

Kegiatan yang dilaksanakan di Balai Paroki lt. 2 Gereja Santa Maria Tak Bercela ini dihadiri oleh sejumlah kelompok lintas agama, meliputi perwakilan dari Gus Durian, Pastoral Kaderisasi Keuskupan Surabaya,Pemuda PGI, Ijir UIN Satu, Puanhayati dan puluhan jemaah serta warga Surabaya yang ikut hadir.

Serangkaian kegiatan mengenang yang kental dengan nilai kemanusiaan menyusun acara tersebut sejak pukul 19.30 WIB, dimulai dengan teatrikal, musikalisasi puisi, nyanyian, melukis on the spot, doa bersama dengan menyalakan lilin, dan diakhiri dengan tabur bunga tepat di lokasi ledakan bom.

Saat ditemui, Romo Kepala Paroki Gereja Santa Maria Tak Bercela Benediktus Prima Novianto menjelaskan bahwa kegiatan di 13 Mei 2024 itu diperuntukkan agar terbentuk solidaritas antar umat, mengingat tragedi 13 Mei tudak hanya bencana bagi unat Katolik namun bencana bagi Kota Surabaya dan Indonesia.

"Pada 13 Mei 2024 pagi, kita telah mengadakan kegiatan ibadah bersama keluarga korban tragedi bom, dan malamnya kita titip dengan kegiatan dan Do'a bersama lintas agama," terang Benediktus, Selasa (14/5).

"Kita lakukan terus setiap tahun, agar mereka (korban) tidak merasa sendiri, dan mereka ini adalah pahlawan karena meski mengalami penderitaan, mereka masih punya kasih yang luar biasa dengan memaafkan pelaku bom,' pungkasnya.

Serangan bom Surabaya 2018 adalah tragedi kemanusiaan yang membawa dampak besar, baik secara fisik maupun psikologis, yang mana banyak keluarga kehilangan orang-orang terkasih, dan luka-luka yang dialami oleh korban meninggalkan trauma yang mendalam bagi mereka maupun bagi Indonesia hingga saat ini.(*)

Editor: Tri Sukma

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow